Kamis, 21 Februari 2013

Broken Home, what would Jesus want?

     Jikalau semua anak-anak gereja dan anak-anak CG, keluarganya dalam kondisi yang utuh dari awal, mungkin tidak akan ada yang namanya sungguh-sungguh cari TUHAN, pelayanan dengan luar biasa, meluangkan waktu untuk berdoa syafaat di pagi-pagi buta, berdoa dan menangis sendiri di ruangan pribadi, menyembah TUHAN dengan fokus.

     Di sekeklilingku banyak juga yang keluarganya belum di pulihkan. Atau mungkin lebih parah dibandingkan apa yang aku sendiri alami. Tidak ada yang tahu kalau mereka tidak share. Jadi ingat suatu cerita dimana beberapa orang dikumpulkan dan di suruh untuk menulis masalah-masalah mereka di kertas, kemudian di kumpulkan. Sewaktu di suruh memilih masalah mana yang menurut mereka paling mudah di selesaikan, mereka satu per satu maju dan mengambil satu kertas dari masing-masing mereka. Dan tentu, yang mereka ambil adalah masalah mereka sendiri. Alasannya? Tentu karena mereka hidup di dalam masalah mereka sendiri dan mereka paling tau bagaimana masalah tersebut terjadi dan paling mereka mengerti cara untuk menyelesaikannya.

     Siapa yang akan mengubah dan memulihkan keluarga masing-masing kita? Bukankah TUHAN sendiri lewat perantara-Nya? Entah lewat kita, anak-Nya, orang lain kenalan orangtua, costumer, dealer, teman kantor, sahabat, pastor atau TUHAN sendiri lewat kuasa-Nya.

     Mungkin kita harus menyadari dan mulai bersyukur atas yang terjadi ditengah-tengah masalah keluarga yang sedang kita hadapi. Masalah membentuk karakter kita, jadi lebih baik-kah atau malah jadi makin terpuruk. Positifnya adalah saat kita bangkit, kita mulai sungguh-sungguh cari TUHAN, memohon, membayar harga untuk mendoakan orang yang dikasihi agar bisa diubahkan, hatinya dilembutkan, adanya pemulihan, itulah yang TUHAN inginkan. Negatifnya adalah saat kita pasrah dan lebih terpuruk meninggalkan TUHAN, tidak ada permohonan doa maka tidak ada pula jawaban atas doa.

     Saat kita tidak mempunyai masalah, apakah masih bisa kita sungguh-sungguh bahkan berkorban untuk seseorang? Mungkin bisa, tapi tidak akan sampai lebih dari 50% ketulusan hati, karena kita tidak tahu dan merasakan bagaimana masalah itu ada dikehidupan masing-masing pribadi kita.

Masalah ada bukan untuk dihindari, tetapi untuk dihadapi.

Ibarat seperti bermain game adventure, kita harus menghadapi musuh/lawan/tantangan/ujian (masalah) agar bisa naik ke level selanjutnya. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar