Rabu, 19 Juni 2013

Kutuk & Berkat

Aku kagum sama mamaku. Karena dia adalah sosok wanita yang luar biasa, pekerja keras, tegar, pokoknya yang menginspirasi banget deh. Tapi kadang aku melihat ke-egoisannya. Biasanya setiap pagi pasti berangkat ke pasar, meskipun gak setiap hari juga. Tapi saat kepasarnya kelamaan, kadang sampai buat aku telat masuk ke kantor, aku sekarang terbiasa buat gak marah, ngambek, dll. Tapi aku coba buat supaya mama gak khawatir banget, bahkan buat bercanda-bercandaan sebelum berangkat. Tapi saat jam buat pergi ke pasar mulai kesiangan dan rasanya gak cukup kalau berangkat, malah kadang dengan nada tinggi jawabnya atau agak ngambek gitu, marah, bete, dll deh. Inilah bedanya yang sudah di ubahkan Tuhan dan yang belum ¬)

Begitu juga sama papaku, dia orangnya kayak hidup ogah-ogahan gitulah. Dia juga sukanya nyuruh-nyuruh doang. Kadang beli makanan yang tempatnya deket, istilah kata tinggal ngesot, nyuruh orang. Padahal tahu sendiri kesibukan anak bungsunya tiap sore apaan. Beli pulsa juga, padahal ada kendaraan, dan kalo malemkan dia gak ngapa-ngapain. Gak habis pikir deh, katanya anak bungsu itu paling di sayang. Istilah dari mana dan siapa yang buat, bikin emosi. Karena kenyataannya aku gak pernah dapet hal itu di keluargaku. Kalo sama kokoku, gak usah ditanya kali ya. Udah kayak jadi babysitter aja di rumah. Itulah enaknya jadi seorang yang lahir duluan. Oh God... ヽ(ー_ー )ノ

Gak lama sebelumnya aku lagi baca kitab 2 Tawarikh. Cerita tentang kerajaan sehabis raja Salomo meninggal. Kalau di ikuti ceritanya, dulu Salomo adalah seorang raja yang takut akan Tuhan, tapi belum tentu keturunannya nanti bisa sama seperti Salomo. Rehabeam yang adalah anak Salomo, dan setelah kerajaannya kokoh, dia meninggalkan Tuhan. Berkat bisa terputus, saat kita mulai meninggalkan tradisi atau adat kelakuan kebenaran sesuai yang Tuhan mau. Kutuk bisa dipatahkan, saat kita mulai melakukan perubahan dari generasi yang sebelum-sebelumnya yang terlanjur bobrok dan belum di pulihkan.

Melihat contoh dari orangtuaku sekarang, memang tidak banyak yang bisa di contoh, tapi se-enggaknya kalau kita sudah di perkenalkan oleh Tuhan, dan kita masuk dalam komunitas yang membangun dan rumah kedua yang mau mengajar, pastilah kita bisa mematahkan kutuk keturunan itu, dan mulai membawa berkat buat generasi kita.

Satu kali mencoba, dua kali melakukan, tiga kali terbiasa, empat kali dan seterusnya akan menjadi kebiasaan.
(*^o^)人(^o^*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar